PENGAWETAN BAMBU Cara Pak Morisco

Tanaman bambu yang ada membawa manfaat yang cukup besar bagi masyarakat Dusun Gentan Desa Margoagung terutama untuk kerajinan mebel bambu, untuk bahan bangunan rumah mulai dari usuk, reng hampir dikatakan tidak bisa lepas dari bambu, selain tersebut diatas masih banyak manfaat dari bambu.

Manfaat bambu

Bambu merupakan tanaman yang cepat tumbuh, bisa digunakan untuk penghijauan karena tumbuhnya relative cepat karena tiga tahun sampai empat tahun memanen hasil tanamnya. Serta ada manfaat lain lagi yaitu dapt menghasilkan oksigen lebih dari 30 % dari tumbuhan lain dengan luasan yang sama. Sehingga akan sangat berguna bagi proses reboisasi dan perbaikan lahan-lahan kritis. Disamping itu pula bambu dapat digunakan untuk kerajinan anyaman, mebel bambu, bahan bangunan dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari perayaan-perayaan agama pada jaman dulu yang tidak ada bahan dari plastik maka banyak mengunakan besek ataupun sejenisnya. Bambu juga merupakan bahan bangunan yang kuat sehingga sekarang banyak yang beralih bambu, ini terjadi pada waktu 2006 paska gempa DIY-Jateng banyak bahan bangunan yang digunkan berasal dari bambu.

Tantangan

Salah satu kelemahan bambu adalah dimakan serangga bubuk dan jenis serangga lain, hal tersebut biasa karena memang berasal dari bahan biologis maka terjadi penurunan kualitas bahan, perubahan warna, dan daya tahan yang sangat pendek bila tidak ada cara utnuk mengawetkan bambu tersebut. Daya tahan di Indonesia bila tidak ada treatment maka hanya bertahan 6 bulan sampai 2 tahun saja.

Hal ini banyak dialami dan para pengrajin di Dusun Gentan karena perilaku yang buruk terhadap proses pengawetan bambu maka akan sangat merugikan pihak pengrajin sendiri dan tertutupnya pangsa pasar bagi kerajinan mebel bambu.

Maka pihak GTZ-JRF yang focus pada pengembangan UMKM di wilayah DIY, memberikan fasilitas pengawetan dan pengeringan bambu agar dapat di gunakan untuk masyarakat pengrajin mebel bambu di Dusun Gentan.

Sebelum dapat digunakan maka dilakukan peningkatan kapasitas dalam hal proses pengawetan maka pihak GTZ-JRF mengundang Prof. Dr. Morisco untuk memberikan pelatihan pengawetan bambu dengan mengunakan salah satu cara yaitu pengawetan yang paling murah dan efektif.

Metode pengawetan ini mengunakan campuran antara Borax dan Boric, kemudian dilarutkan kedalam cairan dengan perbandingan 3:2, dengan konsentrasi maksimum 5 % , dan di campur dengan air kurang lebih 20 liter banyaknya serta pewarna makanan untuk mengetahui perjalanan pengawet biasaya mengunakan warna yang kontras.

Pada cara ini, batang bambu yang habis panen, di potong pada bagian atas sepanjang 20 cm – 30 cm dari ruas paling atas, sebelumnya bambu di potong dengan panjang 6-7 meter, kemudian bagian atas yang 20 cm tersebut dirusak dengan cara di tatah pada daging bambu bagian dalam sampai satu lingkaran penuh, jangan sampai pecah, karena kalau pecah maka larutanya tidak akan tertampung sempurna. Perlakuan tersebut untuk semua bambu yang akan diawetkan. Kemudian bambu di sandarkan pada tower yang tersedia sampai seluruh bambu dapat tertampung, kapasitas yang ada sekarang baru untuk mengawetkan bambu sebanyak 300 batang saja.

Bambu tersebut di sandarkan di tower yang terlindung dari hujan dan sinar matahari secara langsung pada bagian atasnya. Setelah semua disandarkan maka proses selanjutnya adalah dengan mengisi bagian bambu sebanyak ½ liter ataupun sesuai dengan kapasitas dari potongan bambu yang ada. Dan tiap hari dilakukan pengecekan dan penambahan cairan sesuai dengan ukuran yang ada,jangan lupa untuk dicatat berapa tambahan cairan yang ada. Kegiatan tersebut dilakukan sampai hari ke empat atau ke enam. Setelah hari ke enam dichek perjalana cairan pengawet sampai ruas mana dengan cara di lubangi ataupun di potong pada bagian bawah bambu. Tetapi kalau sudah sampai maka bambu bisa di keringkan cairan pengawet pada bagian atas dengan cara ditampung di tempat penampungan, dan dapat digunakan lagi. Setelah hari ke 13 belas maka cairan keseluruhanya diharapkan sampai kebawah dan dapat dikeringkan dari 2 sampai 4 hari tergantung lembabnya. Ataupun masuk oven bambu.

Setelah dikeringkan maka bambu tersebut dapat digunakan untuk keperluan kerajinan mebel bambu ataupun untuk usaha lain. Dengan harapan dapat meningkatkan pendapatan dan daya jual produk yang ada bagi para pengrajin mebel bambu.

Rosse bambu

penatahan ujung bambu

tower pengawetan bambu bantuan GTZ-JRF

tower pengawetan bambu bantuan GTZ-JRF

Tentang Furniture Bambu ROSSE BAMBU

Mebel bambu awet, Pengawetan bambu, Furniture Bambu, Kerajinan bambu, Bambu Awet, Lincak bambu
Pos ini dipublikasikan di INFO KERAJINAN BAMBU dan tag , . Tandai permalink.

29 Balasan ke PENGAWETAN BAMBU Cara Pak Morisco

  1. melanophus berkata:

    saya bisa dapat informasi bahan untuk mengawetkan bambu gk? kalo perlu tempat untuk membeli . soale di papau banyak bambu. sayangnya gk dimanfatkan krn keawetan bambu yg cepat ruask sedangkan blum ada teknologi atua perlakuan lain yng dikenal di Papua untuk Mengawetkan bambu.]
    thx

    • Kelompok Kerajinan Mebel Bambu berkata:

      salam,
      Bisa pak, kita masih mengunakan bahan kimia yang borax dan boric di campur. kalau untuk jogja kita biasa membeli di toko-toko bahan kimia, tetapi memang harus ada ijin dari dinas atau desa, sehingga jaminan tidak disalah gunakan.
      kalau yang untuk non kimia kita masih belajar.

      tetapi kearifan lokal dalam pengawetan merupakan entri point bagi pengembangan bambu di indonesia.

      salam kenal
      Rosse bambu
      (0274) 8317597

  2. mantap saya juga harus buat kayaknya Thank’s !!

  3. Dedi Warman berkata:

    Apa larutan borax borix nya meresap sampai pada bagian bawah bambunya pak? atau setiap ruasnya perlu dilubangi? trims…

  4. Adhi berkata:

    Secara teori, dari yang saya baca, struktur bambu sangat berbeda dengan kayu, jadi kalau hanya ruas atas saja yang diisi, akan butuh waktu penyerapan yang sangat-sangat lama supaya bahan pengawt sampai ke pangkal, karena setiap ruas bambu dibatasi oleh nodes yang menghalangi proses difusi. :). Ini bukan pendapat saya lho, Saya juga baru nemu hari ini nih, website info pengawetan bambu di http://www.bambuawet.com.

  5. kharis berkata:

    Menurut saya, mengomentari komentar sdr Adhi jalan makanan pada bambu adalah pada dagingnya jadi secara nalar jika daging sulit untuk berdifusi maka makanan tidak akan sampai bahkan lama sampai ke ujung tanaman sehingga pertumbuhan tanaman itu sendiri akan terhambat. Tapi pada bambu justru kita lihat pertumbuhannya bisa sangat cepat bahkan ada bambu yang pada usia 60 hari sudah pada ukuran panjang yang maksimal dan 3-4 tahun ke depan adalah fase pembesaran dan perkerasan.

    Untuk Penggunaan selain konstruksi mungkin menurut pendapat saya cara yang digunakan bambuawet.com kurang cocok karena ruas-ruas dihilangkan, mungkin saja kekuatan pada ruas itu mendukung kekuatan bambu secara keseluruhan.

    Itu juga mungkin yang menyebabkan biaya produksi bambuawet.com sangat tinggi karena bahan pengawet yang dimasukkan ke bambu sejumlah volume ukuran tabung dalam bambu itu sendiri, padahal kebutuhannya kalo tidak salah hanya 1/10 dari volume tabung bambu total sehingga image akan bambu awet jadi sangatlah mahal. Padahal masyarakat pasti menghendaki bambu yang awet tapi harga terjangkau.

    Mohon koreksi kalau ada salah.
    Nuwun… Pareng rumiyin…..

  6. Morisco berkata:

    1. Pengawetan dilakukan pada bambu yang baru saja ditebang sehingga kondisi bambu tersebut relatif cukup basah.
    2. Perembesan larutan pengawet terjadi karena gaya grafitasi melewati jaringan saluran makanan bambu (sewaktu masih hidup), jadi kehadiran node tidak menghalangi rembesan larutan pengawet. Ingat saja pada saat bambu masih hidup, air tanah disedot dari bawah ke atas melewati saluran yang sama. Dari pengalaman kami larutan pengawet sudah akan sampai ke bambu bagian bawah tidak lebih dari 24 jam. Begitu jaringan ini basah terisi larutan pengawet, maka aliran dari atas ke bawah akan semakin lancar.
    3. Proses pengisian larutan pengawet ini TIDAK dihentikan, sampai hari ke 12.
    4. Node bambu TIDAK DILUBANGI, sesuai dengan tuntutan teknik sambungan yang kami kembangkan. Sambungan yang kami kembangkan menggunakan baut dan pengisi (mortar). Dengan cara penyambungan semacam ini kami telah menangani banyak bangunan di Green School Bali yang kebanyakan berbentang lebar sampai 22m.
    5. Cara pengawetan tersebut sudah kami aplikasikan pada bambu Ampel, suatu jenis bambu yang kadar patinya paling tinggi bila dibandingkan dengan beberapa jenis bambu yang sering dipakai di Jawa. Ternyata bambu tersebut tidak diserang kumbang bubuk.

  7. asep sunarya berkata:

    terima kasih Prof. Morisco atas penjelasannya.
    sdh lama sy mencari cara treatment bambu yg sederhana, murah.
    namun apa sdh cukup konsentrasi larutan borax & boric 5% sj?
    di beberapa artikel yg sy baca min 10%

    salam,
    asep,..sukabumi

  8. wahyu berkata:

    salut buat prof morisco..!! buka pelatihan gak pak?

    • Kelompok Kerajinan Mebel Bambu berkata:

      salam,
      kalau di rosse bambu bisa dibuat untuk lokasi pelatihan dan pengawetan bambu,
      silahkan berkunjung ke tempat kita.
      salam.

  9. Sigit S berkata:

    Mohon info, bagaimana prosedur pembelian borax dan boric acid, karena di toko kimia di Malang sudah tidak dijual, katanya sudah dilarang. Terimakasih.

    • Kelompok Kerajinan Mebel Bambu berkata:

      Salam,
      kalau di jogja masih bisa di dapat tetapi belinya tidak bisa eceran, takutnya disalahgunkan untuk pencampur bahan makanan. bisa menghubungi kita.
      salam
      rosse bambu
      081328886299

  10. roemah desain berkata:

    tims ….artikelnya…..negeri ini kaya akan bambu….kenapa tidak manfaatkan yach…… seperti ide di green school……..salut !!!!!!

  11. yahya_bangil berkata:

    gmana cara mengawetkan bambu untk tusuk sate. yang aman untk makananan

    • Kelompok Kerajinan Mebel Bambu berkata:

      salam, terimakasih atas perhatian bapak.
      kita juga ada mengunakan pengawetan dengan Cuka bambu, cukup di rendam dalam larutan cuka bambu dan dicampur air, dikeringkan dijamin bebas bubuk..
      berminat bisa menghubungi kita di 0274 8317597 atau 08132 888 62 99

  12. Priyo berkata:

    pak gmna kalo nanti bambunya di buat konstruksi (contoh bambu plester) mohon arahannya. terimakasih

  13. Pak, Berapa biaya produksi tuk pengawetan bambu ini?? ilmu ini sangat membantu bagi kami dari pembudidaya lele. karena kami terbiasa menggunakan bambu sebagai rangka untuk pembuatan kolam terpal. namun terkendala masalah pelapukan.

    atau berapa harga bambu yg sudah diawetkan per batangnya??

  14. suhaimi berkata:

    salam,
    pak…saya adalah salah satu pengusaha rotan, tapi permasalahan yang sering saya temui adalah rotan tidak tahan lama, saya mau tanya pak kira-kira bahan kimia apa yang cocok untuk mempertahankan warna rotan dan juga mempertahankan rotan dari serangga… trmksh pak.
    wassalam

  15. itempoeti berkata:

    jika bisa disertakan gambar ilustrasi dari setiap tahapan proses yang dilakukan agar mudah dimengerti dan dipraktekkan. terima kasih.

  16. nona, medan berkata:

    salam…..
    pak, gimana ya cara ngawetkan bambu untuk tusuk sate agar tidak gampang berserbuk kalo bisa yg aman untuk manusia

  17. Andi lesmana berkata:

    Thank’s infonya

  18. Salam…
    Saya adalah produsen tusuk sate, agar tusuk sate bisa tahan lama, sudah saya oven sampai kering, tapi ternyata masih bisa dimakan bubuk selama pengiriman/penyimpanan. Apakah anda bisa memberitahukan cara pengawetan tusuk sate dengan bahan pengawet Hidrogen peroksida atau H2O2 ?
    Terimakasih

  19. Arisa berkata:

    wehh makasih pak morisco artikelnya ..

  20. Dahani al-Fam berkata:

    Assalamu’alaikum…
    Nama sy, Dahani, mohon maaf mengganggu. Sy ingin bertanya, apa maksudnya, perbandingan 3:2, dengan konsentrasi maksimum 5 % , dan di campur dengan air kurang lebih 20 liter?

    Bolehkah sy dibantu dengan memberikan contoh?

    abialfam@gmail.com

  21. Dahabi al-Fam berkata:

    Assalamu’alaikum…
    Nama sy, Dahabi, mohon maaf mengganggu. Sy ingin bertanya, apa maksudnya, perbandingan 3:2, dengan konsentrasi maksimum 5 % , dan di campur dengan air kurang lebih 20 liter?

    Bolehkah sy dibantu idengan memberikan contoh?

    abialfam@gmail.com

Tinggalkan Balasan ke Amin Batalkan balasan